Stigma Kesehatan Mental Masih Ada: Saatnya Kita Berubah

ilustrasi orang yang sedang ragu konsultasi ke psikolog karena stigma
27 Jun

Stigma Kesehatan Mental Masih Ada: Saatnya Kita Berubah

Meskipun informasi tentang kesehatan mental makin mudah diakses, stigma terhadap gangguan psikologis masih sangat kuat. Banyak orang yang sebenarnya butuh bantuan justru menunda atau bahkan menghindari pergi ke psikolog karena takut dicap “lemah” atau “tidak waras”.

Sayangnya, stigma ini bukan hanya menyakitkan. Stigma bisa membuat orang tidak mendapatkan pertolongan yang seharusnya.

Apa Itu Stigma Kesehatan Mental?

Stigma adalah penilaian negatif atau anggapan miring terhadap orang yang mengalami gangguan mental.
Misalnya:

  • “Dia ke psikolog? Pasti orang gila.”
  • “Kalau kamu depresi, berarti kamu nggak bersyukur.”
  • “Anxiety itu cuma dibuat-buat.”

Kalimat-kalimat seperti ini membuat orang merasa malu, takut, dan akhirnya memilih diam.

Mengapa Stigma Kesehatan Mental Itu Berbahaya?

Stigma bukan sekadar opini—stigma bisa berdampak nyata.
Orang dengan gangguan kecemasan, depresi, trauma, atau burnout sering merasa harus menyembunyikan perasaannya. Mereka takut dihakimi oleh keluarga, teman, bahkan rekan kerja.

Akibatnya:

  • Mereka menunda mencari pertolongan.
  • Kondisi mentalnya bisa makin memburuk.
  • Beberapa bahkan merasa sendirian dalam perjuangan mereka.

Saatnya Ubah Pola Pikir

Kesehatan mental sama pentingnya dengan kesehatan fisik.
Kamu tidak akan menertawakan seseorang yang menderita asma atau diabetes, bukan? Maka, kenapa kita masih meremehkan depresi, gangguan cemas, atau trauma?

Kabar baiknya, stigma bisa dilawan dengan edukasi dan empati.
Semakin banyak orang terbuka, semakin mudah pula lingkungan menjadi suportif.

Baca Juga: Layanan Psikologi Online Jawa Timur yang Fleksibel

Apa yang Bisa Kita Lakukan?

Ada beberapa langkah kecil tapi berdampak besar:

  1. Mulai dengan memahami. Pelajari apa itu gangguan mental dari sumber terpercaya.
  2. Hindari judgment. Jangan terburu-buru memberi label pada orang lain.
  3. Normalisasi konsultasi ke psikolog. Bicarakan seperti halnya kamu bicara soal check-up dokter gigi.
  4. Dukung teman yang sedang struggling. Tawarkan telinga dan kehadiran, bukan solusi instan.

Psikolog Bukan Tempat Terakhir, Tapi Justru Titik Awal

Konsultasi ke psikolog bukan berarti kamu “gagal”. Sebaliknya, itu adalah bentuk keberanian untuk sembuh dan berkembang.
Kamu tidak harus menunggu “parah” untuk cari bantuan.

Saatnya Mulai Tanpa Takut

Kalau kamu merasa butuh ruang untuk didengarkan, dipahami, dan dipulihkan, Sanara menyediakan layanan konseling yang aman, profesional, dan rahasia.
Tak perlu merasa malu atau takut.
Kesehatan mental adalah hak semua orang. Termasuk kamu.

📞 WhatsApp: 0881-0818-50808
📧 Email: halo@sanara.id

Categories

Konseling Jadi Mudah dan Aman

Hubungi Kami
Cart

No products in the cart.

Search
Select the fields to be shown. Others will be hidden. Drag and drop to rearrange the order.
  • Image
  • SKU
  • Rating
  • Price
  • Stock
  • Availability
  • Add to cart
  • Description
  • Content
  • Weight
  • Dimensions
  • Additional information
Click outside to hide the comparison bar
Compare